Rabu, 18 Maret 2015

Escape2Serang: Perjalanan Tanpa Perencanaan bersama Roni, Ulya, dan Nia

Sabtu, 14 Maret 2015

Pagi ini hati berasa sumringah karena berhasil memuaskan hasrat untuk menonton Opera Van Tura semalaman bersama Santoso seri H. Yang lebih membuat bahagia lagi adalah saat bisa sampe Jakarta sepagi ini. Ya, pukul 04:19 saya sudah berhasil manapaki Pasar Rebo. Dan tepat pukul 04:56 sudah berhasil menapaki kaki di rumah.
Sesampainya di rumah saya langsung mengambil air wudhu dan sholat Shubuh. Selepas sholat saya memikirkan mengenai bagaimana perjalanan menuju lokasi resepsi pernikahan teman saya, Uli, di Wisma Antara nanti. Di undangan tertulis bahwa akad mulai jam 8 dan resepsi akan dimulai sekitar jam 11. Jauh hari sebelumnya saya sebenarnya ingin menyaksikan langsung akadnya, tetapi mengingat pagi ini saya baru sampai Jakarta dan semalaman menemani sang supir memperhatikan jalan tanpa tidur sama sekali, saya pun berpikir ulang mengenai niatan itu tadi.
Sembari memakan bekal makanan saya dari Jogja yang belum sempat saya makan, saya pun memikirkan dating akadnya atau tidak. Setelah dipikirkan secara matang dan menindaklanjuti keinginan mata, saya pun akhirnya memutuskan untuk hadir saat resepsi saja. Waktu setelah sarapan ini akan saya gunakan untuk memberikan hak pada tubuh (sebenernya mata sih). Sebelum memulai prosesi istirahat, saya mengisi ulang powerbank dan menyetel alarm di jam 08:54. Selepas sarapan saya pun akhirnya membaringkan tubuh di kamar adek saya (soalnya lebih adem) dan mulai memejamkan mata (kira-kira pukul 7). (-_-) Zzz… Zzz…
Saya merasa alarm sudah bersahutan tapi saya tetapkan acuhkan begitu saja. Saya benar-benar tersadar ketika waktu menunjukkan pukul 09:12. Tanpa basa basi lagi saya pun langsung mandi dan langsung mempersiapkan diri menuju resepsi. Setelah itu saya membawa powerbank saya guna mengantisipasi kehabisan baterai di perjalanan. Maklum, hape saya baterainya sudah nge-drop. Mencari ATM BRI terdekat untuk tarik tunai dan akhirnya sekitar setengah 10an saya tiba di halte busway Kalimalang-Penas.
Tak perlu menunggu lama akhirnya TJ koridor 10 PGC-Tanjung Priok pun merapat di halte ini. Saya pun lekas naik menuju halte Pramuka-BPKP. Sampai di halte Pramuka-BPKP saya transit menuju koridor 4 Pulo Gadung-Dukuh Atas. Agak lama menunggu kedatangan armada koridor 4 ini. Tak ingin mengulur waktu lebih lama, saya pun menaiki armada yang tiba meski harus dalam posisi berdiri. Bis berjalan standar melalui Pramuka hingga Manggarai. Dalam perjalanan menuju Dukuh Atas posisi saya sudah di mana sempat ditanyai oleh kawan saya Roni. Selepas Manggarai mulai menemui beberapa titik kemacetan sebelum akhirnya tiba di halte Dukuh Atas. Sampe di sini saya melirik jam di hape ternyata waktu sudah menunjukan waktu 10 lebih 12 menit. Pikir saya waktu akan cukup untuk sampai tepat waktu. Dari sini saya kembali transit menuju halte TJ koridor 1 Blok M-Kota.
Ternyata koridor 1 kalo bukan hari kerja cukup lama juga nunggunya. Sekitar 15 menit armada baru dating dan saya pun langsung menaikinya, lagi-lagi dalam posisi berdiri. Saya keterusan dan harus turun di halte Monas. Waktu menunjukkan 10:44. Kemudian berjalanlah saya menuju Wisma Antara yang posisinya sebenernya lebih dekat dengan halte BI. Tak usahlah disesali, itung-itung olah raga pagi, begitu pikir saya.
Sampai di depan gedung giliran Ulya yang menanyai posisi saya sudah di mana. Dengan cekatan saya pun langsung membalas chat Ulya dan mengatakan bahwa sudah berada di depan gedung. Memasuki gedung dan menaiki escalator menuju lantai 2 tempat acara berlangsung. Sampai di depan ruangan saya bertemu dengan beberapa kawan yang saya kenal, sebut saja Bella, Titiw (bukan nama sebenarnya), Indi dan Kiya.
Setelah bercorat coret di buku tamu dan menerima sebuah souvenir saya pun masuk ke dalam ruangan. Di pintu ruangan kembali bertemu kawan lama, yakni Hanum. Di dalam saya tak mendapati orang yang sedari tadi menanyai posisi saya. Saya malah melihat Mba Meta bersama suami berada di depan sembari melihat tarian yang disuguhkan. Saya pun kemudian bertanya kepada Hanum apakah melihat Ulya cs (padahal gara-gara ga tau siapa aja komplotannya). Hanum bilang tadi mereka ada di dalam tapi entah kemana lagi setelah itu. Akhirnya saya putuskan untuk menyaksikan tarian yang disuguhkan (ga ngerti namanya tari apaan).
Saat lagi khusyu menikmati tarian, tiba di belakang saya sudah berdiri 3 mahluk yang sebelumnya saya cari, yakni Roni, Ulya, dan Nia. Saya bertanya kepada mereka soal Latief gimana, katanya nanti datang agak siangan (yang kemudian ternyata batal datang). Setelah itu pun kami mulai menyantap hidangan yang disuguhkan tanpa ragu-ragu. Waktu lagi kumpul-kumpul ternyata ketemu si Icha yang notabene juga temen KKN saya dulu. Mulai dah ngobrol kesana kemari sambal tetep menikmati makanan yang telah dihidangkan. Selepas menikmati hidangan, kami (JMF UGM) pun foto bersama mempelai. Turun dari panggung saya, Roni, Ulya dan Nia mulai membicarakan enaknya abis ini mau main kemana. (Inilah awal mula semuanya bisa terjadi).
Foto bersama JMF UGM dan mempelai

Kami pun mulai meninggalkan gedung sekitar jam setengah 1an. Meninggalkan Bella, Titiw dll yang masih harus bertugas untuk menerima tamu undangan. Sampai di bawah kami memutuskan mencari tempat sholat. Saya usulkan di Masjid BI. Di sinilah kekonyolan terjadi. Menuju Masjid BI kami harus memutar dan menaiki tangga halte TJ BI dulu. Padahal bisa langsung nyebrang lewat bunderan indosat. Sampe di BI ternyata gerbang BI pada dikunci, kalo mau masuk harus lewat pintu selatan. Hopeless lah kita.
Akhirnya muncul wacana kalo sholat di stasiun aja, biar abis itu langsung balik. Sasaran kita saat itu ada stasiun Sudirman, Gondangdia dan tanah Abang. Saya pun mengajak sholat di deretan gedung MK aja. Tapi si Ulya pengennya di Tanah Abang aja. Gerimis mulai turun. Mulai kepikiran cari taksi ke Tanah Abang. Akhirnya berbekal Tanya pada satpam Indosat saya pun memberi tahu yang lainnya kalo ada mushollah di basement. Meluncurlah kita menuju basement. Ternyata sampe situ cuma saya aja yang sholat, si Ulya beralasan kamar mandinya kurang pewe. Roni dan Nia pun ikutan ga sholat di situ.
Selesai saya sholat kita berempat kembali keluar gedung dan menyetop taksi menuju Tanah Abang. Di perjalanan kita memutuskan buat jalan-jalan ngikut Uya sampe stasiun Rawa Buntu. Nanti sampai di sana kita cari lokasi nongkrong yang enak buat nongkrong bentar, baru abis itu pulang. Oia, kita nganterin Ulya ke Rawa Buntu karena dia mau ketemuan sama temennya di sana jam setengah 5.
Sampe Stasiun Tanah Abang jam 2 lewat dikit, kita langsung disuguhi pemandangan yang luar biasa padat di dalam stasiun. Sempet bingung karena Nia kartu CL-nya belum di top up dan harus antri tiket di loket dulu. Saya sempat dimintai tolong menolak mengingat antrian yang cukup panjang. Maka dengan persaan tak menentu Nia pun mengantri di loket. Di saat Nia mengantri kita bertiga memutuskan untuk menunggu di kanan loket. Beberapa saat kemudian kita mencari Nia di antrian loket, loh kok ga ada? Akhirnya saya mencari ke daerah gate, ternyata Nia udah ada di dalam gate. Kemudian saya kembali ke sisi kanan loket untuk memberi tahu Ulya en Roni kalo Nia udah di dalam. Kita bertiga pun Cuma ketawa bakpao aja. XD
Pas sampe di gate kok kartu saya ga bisa berhasil membuka gate. Eh, ternyata kartu saya belum diaktivasi buat masuk gate CL. Setelah aktivasi sejenak akhirnya saya pun masuk ke dalam. Saya kemudian menunggu di depan mushollah menjaga barang milik 3 kawan saya itu tadi. Saya, Roni sama Nia sempet bingung, kok ini Ulya keluarnya lama banget yak? Kita berhusnudzon dzikirnya Ulya lamaaa..
Selesai sholat kami pun melangkahkan kaki menuju peron 6. Di sana telah menanti kereta yang sudah cukup penuh yang akan membawa kami menuju stasiun Rawa Buntu. Sempat bertanya kepada petugas mengenai kereta selanjutnya, petugas menjawab bahwa kereta selanjutnya baru ada 30 menit lagi. Akhirnya kami memilih naik kereta ini dan masuk ke dalam gerbong yang ‘cukup’ longgar. Perjalanan ditempuh sekitar satu jam.
Sampai di Rawa Buntu si Ulya ngasih tau kalo temennya harus merevisi janjinya yang setengah 5 karena harus memutar ke Purwakarta dulu dari titik keberangkatannya di Bekasi. Tak ingin bingung di lokasi ini, kami pun memutuskan untuk membicarakannya di Teras Kota nanti. Kami pun mencegat angkot untuk kemudian turun di TeKo. Di TeKo inilah kami mulai membicarakan rencana kami setelah ini hendak kemana. Munculah ide untuk menjenguk kawan bumil kami, Nisa, di Serang. What??? Serang?? Nia masih ragu kalo mau jalan ke Serang.
Untuk menenangkan pikiran, kami membeli beberapa minuman dulu di SuperIndo.  Selepas itu kami mulai membahas mengenai kesungguhan kami lanjut perjalanan menuju Serang. Hanya Nia yang masih agak berat menuju Serang, tapi kami bertiga tak peduli. Nia merasa kejauhan dan mending pulang aja. Roni pun mengatakan kata-kata saktinya, “Sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang!” Oke, kita putuskan menuju Serang! Sebelumnya kita mencari tahu dulu perihal keberadaan dan tanggapan Nisa mengenai rencana kedatangan kami.
Setelah mendapat respon yang dirasa cukup, kami pun melangkahkan kaki keluar gedung dan menyetop angkot menuju Kebon Nanas guna melanjutkan perjalanan menggunakan bis menuju Serang. Dalam perjalanan menuju Kb. Nanas si Nia masih merengek minta pulang aja. “The show must go on!” Kita bertiga tetep kekeuh ke Serang karena udah di jalan.
Menyusuri jalan melewati BSD hingga akhirnya tiba di sebuah daerah sebelum Kb. Nanas sekitar jam 5. Turun dari angkot kami pun lanjut naik jembatan penyeberangan yang sangat tidak ‘feminis’. Sekitar setengah 6 kami mendapati bis Arimbi menuju Merak dan menyetopnya. Bis kemudian diberi asupan solar dulu di Pom tak jauh dari kami menyetopnya. Lepas Pom bis masih berusaha mencari sewa tambahan. Kala bis memasuki tol mulai lah sang kernet menarik sewa dari para penumpang. Kami dimintai sewa 24K per orang. Selepas itu tanpa aba-aba dari siapapun kami berempat tertidur (atau sengaja tidur :p).
Perjalanan ditempuh dengan waktu kurang lebih satu jam dan sekitar jam setengah 7 kami resmi mendarat di Terminal Pakupatan, Serang. Seusai menjejakkan kaki di Pakupatan, kami pun lekas mencari tempat makan yang harganya kiranya pas di dompet. Kami pun memilih sebuah tempat makanan cepat saji, Labbaik Chicken, yang lokasinya tepat berada di seberang pintu masuk-keluar terminal. Di sini transaksi pun dilakukan, kami menyerahkan duit ke Ulya sesuai makanan yang dipesan dan Ulya yang akan memesankannya. Sementara itu saya dan Roni bergerak menuju toilet yang letaknya berada di lantai 2 gerai cepat saji ini.
Agak lama kami menghabiskan waktu di sini. Di sini Nia mengusulkan untuk mencari oleh-oleh buat tuan rumah. Tapi saya mengusulkan untuk mencarinya nanti di alun-alun Kramat Watu saja. Dari Pakupatan ini kami masih harus 2 kali naik angkot  plus sekali naik ojek. Jadi rutenya begini, Pakupatan ke Pandean, lanjut angkot arah Cilegon turun di Kramat Watu. Dari situ ngojek ke perum Kramat Permai. Yah, masih lumayan panjang lah perjalanan kami meski sudah sampai di Serang.
Kami pun melanjutkan perjalanan dengan menyeberang jalan menuju ke utara. Sejenak bertanya kepada bapak penjaga kios warung mengenai angkot yang sampai ke Pandean. Setelah diberi tau kami pun menaiki sebuah angkot yang tidak bernomor dan berpapan trayek untuk menuju Pandean. Semua hanya bermodalkan bertanya kepada sang supir langsung. Perjalanan kami tempuh dengan waktu kurang lebih 20 menit. Melewati rumah mertuanya Nisa yang berada di seberang Polres dan melalui kepadatan Royal di malam Minggu. Sampai di Pandean kami memutuskan untuk membeli oleh-oleh dulu. Tapi kami masih bingung mau beli apa. Setelah berlama dalam ketidakpastian akhirnya saya putuskan untuk beli buah saja.
Dari lokasi kami berdiri ini ternyata tak jauh di belakang ada penjual buah. Kami pun langsung bergegas menghampiri. Belum sampai berjarak 5 meter dari lokasi penjual buah, Nia mulai mundur perlahan. Kami sempat bingung dibuatnya. Ternyata kios buah terseut tepat berada di depan took yang menjual pancake duren. Kami akhirnya paham kenapa Nia mulai menjauh, karena Nia memang ga suka bau duren. Akhirnya hanya saya dan Ulya yang memilih dan menawar buah yang yang telah dipajang si penjual. Kita berdua pun memutuskan untuk membeli jeruk, papaya,dan apel sebagai oleh-oleh nantinya.
Selesai bertransaksi dengan penjual buah, kami pun lekas mencari angkot menuju Kramat Watu. Setelah Roni bertanya pada beberapa supir angkot, akhirnya kami mendapati sebuah angkot yang trayeknya melewati Kramat Watu. Di etape terakhir menuju kediaman Nisa-Agis ini kami mulai membicarakan ketidaksangkaan kami kalo ternyata bisa ‘nyasar’ (kalo mau disebut begitu) sampe Serang. Padahal paginya kami hanya bertemu di sebuah resepsi pernikahan di daerah Monas. Yaudah sih, udah mau nyampe ini kok (pake gaya ngomongnya Ulya)..
Sampe di Alun-alun Kramat Watu sekitar jam setengah 9an. Turun dari angkot kami langsung dikerubutin tukang ojek. Berasa artis baru turun dari angkot. Kemudian saya memastika kembali ke Nia mengenai alamat yang dituju. Perjalanan kita sudah benar, berarti setelah ini tinggal naik ojek saja menuju Perum Kramat Permai. Sebelum lanjut naik ojek, kami pun mampir ke Alfamart untuk beli sikat gigi. Maklum, kami ga persiapan sama sekali mau nginep di rumah orang. Hehehe..
Keluar dari Alfamart, saya bertanya kepada seseorang tentang alamat yang kami tuju. Setelah mendapat pencerahan kami pun berjalan ke barat untuk naik ojek dari alun-alun. Ternyata orang yang tadi saya tanyai di depan Alfamart adalah tukang ojek, dan dia pun menghampiri saya menawarkan jasanya. Saya Tanya ke dia berapa tariff untuk sampai ke lokasi. Dia menjawab 5 ribu. Oke, sesuai pesen yang empunya rumah harga ojeknya segitu. Saya pun langsung mengiyakan. Kemudian saya bilang untuk dicarikan 3 ojek lagi karena kami berempat. Dan tukang ojek itu pun memanggil tukang ojek lain yang berada di dekatanya. Saya pun berpikir kalo ternyata tukang ojek di sini tuh sistemnya rebutan, bukan pake sistem pergiliran guna menyamaratakan pendapatan.
Okelah, akhirnya kami berempat ngojek menuju lokasi yang sudah jadi inceran kami sejak Rawa Buntu tadi sore. Berturut dari depan ke belakang rombongan ojek kami, paling depan Nia, lanjut Ulya, saya, dan di belakang ada Roni. Ternyata kami agak kebingungan mencari lokasi si sempunya rumah. Terbukti Nia yang menjadi navigator perjalanan pun keterusan dan membuat kami harus puter walik. Sempat bertanya ke sebuah warung yang akhirnya menunjukkan lokasi perum Kramat Permai. Saat sedang menghubungi Nisa, ternyata Mas Agis (suaminya Nisa) nongol dari belakang. Kami pun turun dan bersegera membayar tarif ojek yang sudah disepakati oleh salah seorang dari tukang ojek sebelmunya.
Sekitar pukul 20:50 akhirnya kami resmi menjejakkan kaki di kediaman Agis-Nisa. Namun saat kami masuk ke dalam, ternyata mas Agis katanya keluar cari cemilan buat kami. Duh, tamu ngerepotin. Sesampainya di dalam rumah, saya dan Ulya pun langsung berburu colokan mengingat hape kami sudah tak berdaya sejak sore tadi. Setelah menaruh barang bawaan dan disuguhi minuman, kami pun mulai bercerita panjang lebar perihal bagaimana akhirnya kami bisa menjejakkan kaki di Bumi Para Jawara ini. Sungguh di luar dugaan memang perjalanan kami ini.

Photo taken by Roni


*** bersambung ***

Melesat di Tengah Hujan Bersama Santoso Seri H

Rabu, 11 Maret 2015
Siang ini hendak ke Jombor guna memastikan ketersediaan seat depan Murni Jaya yang hari Minggu lalu sudah saya koordinasikan dengan Mas Sholeh, selaku agen langganan saya di Jombor.
Tiba-tiba batal karena ada beberapa urusan yang harus diselesaikan sampai sore. Okelah, nanti go show aja buat hari Jumat, begitu pikir saya.

… time skip …

Jumat, 13 Maret 2015
Siang itu cuaca Jogja cukup terik. Bulir keringat pun mengalir kala mengiringi kepulangan saya dari Masjid selepas sholat Jumat. Sesampainya di kontrakan batin masih tertuju pada niatan awal yang hendak menumpaki Murni Jaya agar bisa sampai Jakarta sepagi mungkin. Dan juga untuk mencari pengalaman baru menaiki bis trayek Jogja-Jakarta. Karena dari semua bis yang punya trayek ini, hanya Murni Jaya dan Damri yang belum sempat saya cicipi.
13:35 sudah berada di halte trans Jogja Manggung, menanti kedatangan trayek 2A yang akan mengantarkan saya ke Jombor.
Armada 2A yang saya tunggu cukup lama, sekalinya ada kondisinya pun penuh penumpang. Sehingga hanya menaikkan 1 atau 2 penumpang saja dari halte Manggung ini. Dan saya pun memilih bersabar. Namun ternyata kondisi ini berlangsung cukup lama. Hingga pukul 14:15 saya masih berada di halte Manggung. Seketika itu pula saya merasa pupus untuk bisa mencicipi MJ ke Jakarta.
Dalam posisi masih di halte Manggung, sasaran tunggangan pun saya alihkan ke Santoso seri H karena memiliki reputasi yang bagus ketika mengantarkan saya ke Jogja maupun ke Jakarta. Selain itu karena udah lama saya ga naik armada Hino.
14:25 Akhirnya saya pun menghubungi kawan saya Ridho, untuk mengantarkan saya ke Jombor. Tak lebih dari 10 menit Ridho pun datang dan mengantarkan saya menuju Jombor.
14:41 saya menapakkan kaki di Jombor dan ucapkan terima kasih kepada Ridho. Langsung menuju agen langganan, Mas Sholeh.
Sampai di agen Mas Sholehnya nggak ada di TKP, saya pun meluncur ke agen tempat adiknya, Mas Taufik, dan bertanya perihal keberadaan Mas Sholeh. Ternyata Mas Sholeh lagi makan. Saya pun memutuskan pesen di Mas Taufik aja. Tanpa basa basi saya minta dipesenkan Santoso seri H. kemudian Mas Taufik sibuk menghubungi mahluk di seberang sana dan mengatakan ada seat no 8. Okelah, baris kedua gapapa, saya putuskan untuk mengambil seat tersebut dengan menebusnya dengan harga 180K.
Selepas transaksi saya mengamati jalur keberangkatan Patas Jogja-Semarang. Di sana terparkir Nusantara NewTrav AP dan Ramayana Ventura MP. Pada saat sedang mengamati NS saya melihat kawan saya, Fina, yang beberapa hari sebelumnya bertanya mengenai bis yang mengarah ke Jababeka. Dia diantar oleh kawan saya yang lainnya, Lala. Dia ternyata berangkat hari ini dengan menumpangi Rosin.
Saya sengaja memilih Santoso karena keesokan paginya saya harus menghadiri resepsi pernikahan kawan saya di bilangan Monas. Maka saya pun mempercayakan pada Santoso yang memang punya reputasi baik untuk menempatkan para penumpangnya mengucapkan selamat pagi Jakarta!
14:55 Santoso seri H masuk Jombor dan hanya menaikkan saya seorang dari deretan agen bis di sebelah selatan. Saat naik saya belum bisa mengidentifikasi seri H ini, apakah 00 atau 01.
Memasuki kabin, ternyata banyak penumpang langsiran di kabin seri H ini. Total ¾ dari penumpang yang ada saat itu adalah penumpang langsiran ke garasi. Bis berhenti sejenak di depan agen Lestari guna melakukan transaksi. Saya pun teringat kalo ternyata tas selempang kecil saya tertinggal di agen. Saya ijin sebentar untuk mengambil tas yang tertinggal. Tak sampai 5 menit saya sudah menempati kabin seri H kembali.
15:08 keluar terminal Jombor di belakang Maju Lancar seri N JB Hino AK line Wonsa-PG via Temanggung dan PK nano 1526 entah tujuan mana.
Keluar Jombor supir langsiran langsung menggeber mesin Hino RK ini dengan ganas untuk mengejar ML seri N dan PK nano di depan. PK nano pun berhasil di over take tanpa perlawanan di depan Pom Jombor. Tampaknya driver pinggir PK masih belum siap untuk ‘main’. Hehe.. Selanjutnya giliran mengejar si Ijo ML. Terus menguntit ML sejak Denggung dan akhirnya bisa dilalui ketika berada di kepadatan Tempel.
Selepas melewati ML supir langsir pun makin menjadi. Namun pada akhirnya kemacetan jua lah yang menyudahi agresifitas sang supir. Memasuki daerah Sucen mulai macet yang berakhir di pertigaan Semen. Lepas kemacetan sang supir pun melanjutkan gaya agresifnya yang sempat terhenti tadi.
15:53 melewati terminal Muntilan tanpa masuk ke dalamnya.
16:18 masuk garasi Magelang.
Di garasi saya berpindah ke tempat saya ‘yang sebenarnya’ di seat no 8. Selepas itu saya turun dari kabin untuk sejenak foto2 dan mengamati armada yang parkir di garasi. Telah bersiap beberapa armada yang siap mengarungi pantura menuju barat seri N Jetpam, O 1625, E Bunga Pesona, Z kawoel, V1 New Womer, F Joybus 1628, X 1619, dan C 1733. Perpal Jebret HD, Netral, 1514 dan 1552. Kemudian satu per satu armada menuju barat pun mulai meninggalkan garasi. Diawali oleh Jetpam, V1, Kawoel, seri F dan seri O.



16:52 exit garasi dan mampir terminal Tidar. Di sini naik beberapa penumpang dan seorang mba-mba yang ternyata ‘ditinggal’ seri O. Padahal ketika seri H masuk, seri O tepat berada di barisan pintu keluar di belakang Kawoel dan duo Handoyo. Ternyata berdasar penuturan penumpang tersebut, sang agen tempat membeli tiket tak memberi tahu perihal kedatangan seri O. dan seri O pun meninggalkannya begitu saja.
Lepas kebon polo supir mampir sejenak di toko oleh-oleh di kiri jalan ruas Magelang-Secang. Saat itulah Bunga Pesona, Mulyo Indah Scorking 1526, Handoyo New Marco seri G dan Celcius ungu mendahului seri H ini.
Seri H tidak masuk terminal Secang. Tidak angkut penumpang juga di sepanjang Secang-Ngadirejo. Sepanjang Kranggan-Ngadirejo kernet menghubungi kernet seri O agar menunggunya di Ngadirejo buat transfer penumpang yang ketinggalan. Awalnya kernet seri O minta di rumah makan saja, tapi pilot seri H bilang supaya di Ngadirejo saja. Khawatirnya nanti rentang waktu kedatangan O dan H yang terlalu lama membuat si penumpang tidak sempat makan. Akhirnya tersepakati untuk di Ngadirejo saja.
18:51 Ngadirejo. Oper penumpang seri O dan sejenak transaksi di agen. Mau beli gorengan tapi males turun dari kabin. Akhirnya saya ga jadi beli gorengan.
19:01 exit Ngadirejo
19:45 Sukorejo
Sampai di Sukorejo ternyata hape saya lowbat. Dan ketika menyolokkan ke powerbank yang saya bawa ternyata hanya tersisa satu strip. Ini pasti gara2 dipake Jikri ngecas aiponnya semalem nih. Terancam batal buat caper ini mah. Pasrah aja lah kalo begitu.
Lepas Sukorejo hujan mulai turun dengan intensitas ringan. Meliuk-liuk di kegelapan hutan dari Sukorejo menuju Weleri. Sesekali bertemu pemukiman warga. Di suatu daerah pemukiman warga ternyata ada kemacetan. Awalnya saya berpikir ada perbaikan jalan atau semacamnya. Ternyata di depan ada seri O yang menepi di sebelah kanan dan di depannya ada Jetpam. Ternyata Jetpam mengalami trobel di tromolnya, kata kernetnya tromolnya jebol! Waduh, bisa berabe kalo jebolnya pas turunan tuh. Dan penumpang Jetpam pun diikutkan seri O dan H hingga RM.
Entah sampai pasar Weleri jam berapa (hape ternyata udah mati), menaikkan seorang sarkawi. Di sini hujan sudah reda.
20:44 mendarat di Telaga Asri. Kembali mengoper penumpang seri N yang trobel tadi. Ternyata Kawoel sudah berubah serinya menjadi seri N. awalnya dari garasi berdinas sebagai seri Z. saya pun menyempatkan sholat Jamak-Qoshor dan mengambil cemilan di tas.
21:14 take off dari TA paling akhir dibanding pasukan Siluman Lembah Tidar lainnya. Melihat bangku CD kosong, saya pun meminta ijin kepada pilot dan kernet untuk menampatinya. Sekaligus memanfaatkan colokan yang berada di dekatnya. Hehehe…
Menuju tanjakan Plelen seri H Scania Jowo ini mengambil nafas panjang dulu guna mengarungi tanjakan hingga beberapa ratus meter ke depan. Di tengah tanjakan Plelen, tiba-tiba ada dim dari kanan dan meluncurlah NS Scania setra smile lampu pistol menyalip dengan mudahnya. Ya iyalah, Scania beneran itu mah… -_-
Lepas Plelen terpantau Bunga Pesona di depan. Sempat konvoi berdua sejenak sebelum akhirnya seri H ini menyalip sang seri E dari kiri di daerah Subah. Klakson pun dibunyikan sebagai pertanda salam dari angkatan segarasi. Belum lama mengasapi Bunga Pesona, ternyata Bejeu B25 menyeset dari kiri dan kemudian meninggalkan seri H ini di tengah keramaian truk.
Sepanjang Subah-Tulis tak menemui lawan berarti. Pantura pun juga cenderung sepi. Sampai di daerah tulis 2 armada berhasil meng-OT seri H ini. Yang pertama adalah PK Nusgem 7875 dan kedua armadanya Pak Haji yang teridentifikasi sebagai HR 116 ‘New Pholos’ yang saat itu tampaknya sedang dipiloti oleh Mbah Kijan.
Menjelang kota Batang berhasil meng-OT Artha Jaya dan seri C. Sebelum alun-alun Batang mengambil 4 sarkawi. Saat meng-upload sarkawi ini beberapa bis berhasil mendahului seri H ini, termasuk si seri C tadi.
22:13 Alun-alun Batang. Hujan deras mulai mengguyur pantura.
Seri H mengarungi pantura di tengah guyuran hujan yang lebat dengan kecepatan antara 80-90 kpj. Sebelum Pringsewu seri H ini berhasil meng-OT Nu3 HS 92 dan Ramayana F3. Meski hujan semakin deras, pilot tetap melajukan bis dengan kecepatan kisaran 80 kpj.
22:51 memasuki lingkar Pemalang dan sang kernet berpindah ke belakang untuk bobomania. Di lingkar Pemalang ini, seri H berhasil menyeset dua Rosin dari kanan yang berjalan gontai di tengah guyuran hujan deras. Keduanya teridentifikasi sebagai Rosin 388 dan 401. Keduanya berbodikan Jetbus dan bermesin pacu 1626. Tak jauh didepannya terpantau Ramayana E1 dan Santoso seri C. Tanpa basa basi keduanya berhasil didahului dari kanan tanpa perlawanan berarti.
Memasuki Tegal kondisi mulai ramai. Di tengah guyuran hujan deras ternyata hanya seri H ini yang mau ‘berlari’. Sementara bis yang lainnya terkesan ogah-ogahan menerobos hujan. Benar saja, tak lama memasuki kabupaten Tegal seri H ini berhasil meng-OT Bejeu L2 dan KD 7078 bersamaan dari kanan. Tak jauh di depannya terpampang bokong seksi Nusantara Black Pearl Premiere Class berdapur pacu 1626. Tak butuh waktu lama untuk mendekati armada milik Pak Hans ini. Setelah menempel beberapa waktu, akhirnya sang NS harus mengakui kedigdayaan seri H ini. Sejak hujan mengguyur di daerah Batang, belum ada satu pun kendaraan yang berhasil mendahului seri H ini, termasuk kendaraan pribadi. Mantaaabb!!
Sampai di depan pool Po Dewantara, terlihat barisan bokong bis dengan kerlap kerlip lampunya di depan. Sang driver pun berusaha memburu barisan tersebut. Namun usaha tersebut sedikit terkendala dengan kehadiran bangjo yang menyala merah. Untuk sementara seri H ikhlas belum mampu mengejar barisan bis tersebut.
Memasuki kota Tegal konvoi bis tersebut akhirnya terkejar. Dan yang paling belakang teridentifikasi sebagai HR 67 ‘Positif’. Di depannya ada PK 7875 yang ketemu di Subah tadi dan Rosin 464 Jb2 livery Firefox Kuning. PK berhasil diseset kala harus memenuhi kewajibannya untuk kontrol di suatu deret ruko pertokoan.
23:36 terminal Tegal
23:40 masuk Brebes
Jelang alun2 Brebes berhasil menempel HR 67 dan bersama-sama meng-OT Rosin dari kiri. Selepas alun2 tetap berkonvoi bersama 67 dan berhasil menggerayangi Rosin 437 di depan.
Sampai di daerah Wanasari konvoi bersama dengan Coyo Ultima, Rosin JB2 new livery, 437 dan HR 67. Coyo salah perhitungan dalam menentukan jalur sehingga berhasil diseset oleh rombongan konvoi yang ada di belakangnya. Konvoi masih terus berlanjut. Di depan tampak 67  dan 437 berhasil mendahului Rosin dari kanan. Kemudian tampaklah bokong Rosin di depan layar seri H ini. Ternyata ini adalah Rosin 472. Rosin 437 dan 472 ini keduanya berkelas Super Executive. Di daerah Larangan akhirnya Santoso seri H ini berhasil mempecundangi dua Rosin itu tadi.
00:03 pertigaan Tanjung. Kres Handoyo seri E arah timur
Memasuki ruas Pejagan di belakang HR 67. Terpantau HS 214 dan Rosin 461 sedang menepi di pinggir. Tak jauh di depannya sang driver pun ikut menepikan armadanya guna melakukan pembuangan emisi :D
Di kala menepi ini beberapa bis berhasil mendahului. Sebut saja Rosin 472 dan 461, Dieng Indah Scorking 1526, Prayogo dan Nu3 HS 214. Ketika bis hendak dijalankan kembali, tak jauh di depan Sumber Alam 352 ikut menepikan diri. Tampaknya area ini menjadi tempat favorit untuk sekedar membuang emisi para supir ya.. hehehe..
Melesat memasuki ruas tol Pejagan, hujan kembali mengguyur dengan intensitas tinggi. Namun sang driver tetap melaju pada kecepatan kisaran 100 kpj di tengah hujan ini. Benar saja, tak lama kemudian seri H ini berhasil menyusul Prayogo 7128 JB MP yang tadi mendahului ketika kami sedang menepi. Setelah menyeset Prayogo tampak lagi satu bokong di depan, yakni Nusantara Black Pearl HS 214 (sepertinya RK8 air sus). Keduanya melaju beriringan di jalanan basah ini. Konvoi 2 bis ini berhasil menyalip Rosin 461 dari sebelah kiri.
Bosan terus berada di belakang bokokng HS 214, akhirnya seri H berhasil meng-OT HS214 dari kiri kala memasuki KM 258. Masih di KM 258-an, seri H juga berhasil menyeset Rosin 472 yang berjalan gontai di sisi kanan. Ternyata hujan makin deras dan jarak pandang makin berkurang. Tapi hal tersebut tak menyurutkan sang driver untuk terus membejek gas dalam-dalam. Hal ini terbukti dengan keberhasilannya meng-OT semua kendaran yang berada di depannya selama hujan deras ini berlangsung.
KM252 mulai terlihat kilauan sinar lampu kendaraan mendekat di kaca spion. Tahu ada yang mendekat sang driver pun berusaha menambah kecepatan agar posisinya tak diambil alih kendaraan di belakang. Benar saja, 2 buah truk yang tampak sedang terburu-buru didahului secara betina dari kiri jalan. Setelah meng-OT truk ternyata kendaraan di belakang tadi berhasil menyodok ke depan. Dan ternyata yang meng-OT seri H ini adalah HS 214 tadi. Setelah menyalip kami perlahan HS 214 mulai menjauh. Tampaknya driver HS214 sudah selesai pemanasannya. Hehehe.. kala ingin tetap menjaga jarak dengan HS214 kami berhasil meng-OT SA 025 RS Evo. Setelah tiada lawan lagi. Perjalanan mulai membosankan..
00:32 GT Mertapada. Di sini ketemu HS214, HR 67, en PR New Marco  7450 livery penguin.
Selepas GT ternyata driver makin panas. Apalagi melihat ada rombongan bis di depannya. Maka bis kembali digeber untuk mengejar rombongan di depan. Berhasil menyeset PR di KM231. Tepat di depan rest area 227 HS 214 berhasil diseset dari kiri. Tak lama berselang seri H ini berhasil menyeset 3 bis sekaligus. HR 67, Rosin 227, dan BE berhasil dilampaui dengan menggunakan bahu jalan. Apakah cara ini halal? Halal atau tidak ketika itu sudah jadi kebiasaan maka akan dianggap hal yang biasa.
SA Nucleus digagahi tanpa perlawanan. Setelah itu taka da lagi lawan yang bisa diajak bermain.
00:44 GT Ciperna
00:53 GT Plumbon. Bertemu dengan 2 NS JB, Raya All New Legacy #617, Bejeu B39 Scorking Lampu Scania Toruing, Dieng Indah Ungu Scorking 1526.
Jelang exit Palimanan Bejeu berhasil di-OT. Keluar Palimanan 00:59 tepat di belakang Pemanah Muntilan JB MP. 2 NS berhasil dilalui kala hendak menepi di kiri jalan. Di jalur pantura Ramayana kuler berhasil di dahului tanpa basa basi. Setelah itu mengarungi pantura dengan berkonvoi bersama Raya, DI, dan PR 7059 ‘susukan’.
Tak sabar berada di belakang PR, sang driver berupaya menyundul PR agar berlari lebih kencang lagi. Gaya jilat sapi dipergakan sang supir guna memancing sang driver PR. Tak jua ada niatan baik dari PR untuk menambah kecepatan, akhirnya PR ‘susukan’ di-OT lewat adu sprint di trek lurus panjang. Sang driver sempat menyejajarkan bisnya dengan PR untuk beberapa detik sebelum melengang jauh ke depan meninggalkan PR. Terlalu di belakang PR ternyata membuat Raya dan DI berjarak agak jauh di depan. Tapi driver tak membiarkan begitu saja. Gas dibejek lebih dalam guna dapat menyusul 2 bis di depan. Akhirnya di daerah Arjawinangun Raya dan DI berhasil disusul. Berkonvoilah 3 bis ini menyusuri panjangnya pantura malam itu. Di Kertsemaya konvoi ini berhsil mempecundangi Rosin SE 350 dan SA 1728. Setelah meng-OT 2 kendaraan itu tadi, ternyata Raya dan DI salah jalur hingga posisi puncak berhasil diambil alih seri H ini. Dari spion terlihat keduanya masih berada di belakang tetap dalam suasana konvoi. Eh, ternyata tampaknya seri H ini kebanteren sampe-sampe si Raya dan DI ketinggalan jauh di belakang. :D
Melaju sendiri di depan hingga akhirnya bertemu rombongan konvoi yang lainnya. Sebelum berhasil mendekati konvoi di depan seri H ini berhasil meng-OT PR kuler 7653 JB MP dari kanan. Lepas itu berhasil mendekati konvoi yang teridentifikasi beranggotakan Rosin JB 155, NS dan Ramayana. Konvoi ini berhasil menyeset ALS 155 dari kanan tanpa perlawanan.
Memasuki wilayah RS Bhayangkara terjadilah konvoi sekitar 8 bis di depan. Driver sedikit melambatkan kendaraannya di sini. Hasilnya raya #617, PK nusgem 1526 dan Bejeu B36 berhasil menyeset ke depan seri H ini tepat di depan Polres Kandanghaur. Konvoi terus berlanjut dan posisi seri H kali ini tepat berada di belakang PK. Permainan sein yang jelek dari PK membuat driver sulit membaca kondisi jalan di depannya.
Dan benar saja jelang pasar eretan ada kejadian di mana saat PK memasang lampu hazard sambil pasang badan ke kanan (bukan sein) karena ada truk yang  perpal di kiri jalan membuat driver seri H ini hampir nyelonong gitu aja nyeruduk truk perpal tersebut. Untung saja sang driver dengan sigap menginjak pedal rem hingga kres pun dapat dihindari.
Lepas dari insiden tersebut ternyata malah membuat sang driver makin menggila. Kendaraan yang lain pun digagahi tanpa ampun. Tercatat OBL 1661 New Marco, MK Scor X, Malino Putra Hino RG, Sinjay 86RA, MK JB 1626 dan Rosin 155 pun jadi korban keganasan seri H bertenaga 260HP dari kerajaan Hino ini.
02:17 UUN dilewati begitu saja.
Di Pusakanegara berhasil menyusul Raya dan menyalipnya dari kiri kala adu sprint di trek lurus. Setelah Raya korban selanjutnya pun bertumbangan. SA Nucleus AC eko dan Ramayana Ventura 1719 berhasil didahului tanpa harus membuang banyak waktu. Di kejauhan tampak bokong warna ungu milik Nusantara Signature Class. NS tersebut pun diburu oleh seri H ini untuk dijadikan korban selanjutnya. Dan benar saja setelah beberapa waktu berada di belakang NS akhirnya sampai di FO Pamanukan NS Siganture Class 1615 tersebut berhasil di asapi kala susah payah menyantap tanjakan FO tersebut.
Lepas FO Pamanukan seri H tetap mengganas dengan berhasil mempecundangi Putri Jaya AC12 Discovery Hino AK dan Alvin Jaya tourista. Lepas menyalip 2 bis itu tadi tampak di depan OBL dan KD sedang berebut singgasana dengan mengandalkan adu sprint. Tak ingin hanya menjadi penonton seri H ini pun mendekati keduanya yang kemudian beridentitaskan KD Lola1 dan OBL Kenthunk. Memasuki Sukamandi tampaknya driver bosan hanya melihat sodok-sodokan yang diperagakan keduanya, seri H ini pun akhirnya mengambil inisiatif untuk ikut serta dalam perebutan singgasana tersebut. Sekali dim KD berhasil di-OT dari kiri dengan adu sprint yang cukup lama. Tak lama berselang OBL pun juga digusur dari singgasana untuk mengakui kedigdayaan seri H ini.
Memasuki Jatisari, Patokbesi berhasil meng-OT SInjay 52ZX dan SA Legacy LE 1539. Menjelang Jomin terdapat kemacetan panjang yang dikarenakan pertemuan dua ruas jalur. Tak ingin berlama-lama di kemacetan, driver pun berinisiatif untuk buka jalur bersama HR 54 ‘Baby Alien’. Beberapa SA, Sinjay, ALS, Harjay hanya mampu memandangi 2 armada babat pantura ini mengambil jalur lawan.
03:10 memasuki SImpang Jomin. Lepas Jomin ternyata bis diarahkan menuju Cikopo. Jalan menuju Cikopo lancer jaya hingga akhirnya memasuki GT Cikopo pkl 03:19.
Selepas memasuki GT Cikopo bis dipinggirkan sejenak di kiri jalan, beberapa ratus meter jelang rest area. Driver kembali melakukan pembuangan emisi di sini. Sampai di sini sbenarnya mata saya udah cukup sayup-sayup. Tapi mengingat titik pemberhentian saya Pasar Rebo tak lama lagi, saya pun mengurungkan niat saya untuk merem. Nanggung banget soalnya.
Di Tol Japek ini driver berhasil meng-OT armadanya Pak Haji Haryanto HR 129 RN285 yang melaju tak cukup cepat di jalur kanan. Kemudian berturut Dedy Jaya dan KD setra marco jadi korban seri H Siluman Lembah Tidar ini. Saat lagi manteng di kecepatan 100kpj tiba-tiba Budiman Pangandaran 1526 berhasil menyeset dari kiri dan kemudian makin menjauh dari pandangan. Tak ingin kejadian diseset BUdiman terulang, driver pun berusaha untuk melajukan bisnya lebih cepat. Terbukti Damri 4455, Patriot parwis Jetliner, PK 7499, SA 1701, OBL SE Jogja, Sinjay 74RA berhasil didahului dengan gaya mosak masik kanan kiri memanfaatkan lebar jalan tol.
03:53 GT Cikarang Utama
Lepas GT CIkarut kembali berhasil menggagahi SA 1611, KD 7008, ML seri C, dan SA 1413. Kernet mulai kembali lagi ke posisinya di depan.
04:08 masuk GT Cikunir. Saya kembali ke kursi untuk menyiapkan barang bawaan. Di JORR ini seri H juga berhasil mengakuisisi beberapar bis dari jarak pandangnya. Tapi saya tak sempat mencatatnya. Tak berlama-lama mengarungi JORR akhirnya 04:19 landing Pasar Rebo.
Sebelum turun dari kabin saya pun mengucapkan terima kasih kepada kernet dan driver atas perjalanan malam ini. Ini adalah rekor terbaik saya sampai di Jakarta dalam kurun waktu setahun terakhir. Terkahir rekornya dipegang oleh Handoyo yang berhasil menempatkan saya di Pasar Rebo jam setengah 5 lewat (padahal angkatan jam 2 dari Jombor).
Memang Santoso bener-bener Sang Siluman Lembah Tidar. Mampu menjawab keraguan kala dituntut harus sampai Jakarta sepagi mungkin. Saya pun tersenyum puas dalam perjalanan pulang. Siap untuk menghadiri prosesi nikah kawan saya pagi ini. Maju terus Santoso!!


*maaf, lupa nama drivernya

Santoso Seri H AA 1701 CA

Sabtu, 28 Februari 2015

Tentang Lagu 'Wo Nan Guo' by 5566

Semalem waktu gw makan di sebuah warung nasi goreng ga sengaja gw denger lagu yang dulu sempet gw gandrungi. Judulnya 'Wo Nan Guo'. Penyanyinya '5566' (ga tau apaan maksudnya). Ini lagu sebenernya bahasa mandarin. Dan gw sebenernya awalnya juga ga paham ini lagu tentang apa. Tapi karena liriknya enak didenger, ya jadi suka deh gw ama lagu ini.
Wo Nan Guo ini adalah lagu soundtrack dari drama Taiwan yang berjudul My MVP Valentine, yang pas tayang di Indonesia berubah judulnya jadi MVP Lovers (bener kan yaaa?). Film ini tayang di Indonesia pas gw masih SD. Jujur aja, gw awalnya kepincut sama nih lagu gara-gara filmnya yg ajib banget. Filmnya cerita tentang seorang pemain basket. Dulu pas SD gw emang lumayan seneng maen basket, makanya pas film ini alur cerita tentang basket secara ga langsung gw jadi kepincut.
Balik lagi soal lagunya. Kayak yang tadi gw bilang, gw awalnya ga paham soal lagu ini. Bahkan waktu itu gw juga ga tau judulnya en siapa penyanyinya. Jadi dulu gw cuma sekedar dengerin aja. Itu juga dengerinnya pas filmnya lagi tayang di tipi. Heuheuheu...
Begitu deh kebiasaan gw tiap mau dengerin lagu itu, mesti mantengin filmnya dulu. Bahkan pas ada episode yang kurang menarik gw sengaja cuma menikmati awal en akhirnya doank! Pas dibagian soundtrack tentunya. Hihihi.. Sampe pada suatu ketika temen SD gw, si Buam, ternyata punya kaset itu lagu! Dia bela-belain beli itu kaset soundtrack MVP Lovers. Greget banget kan?! Salut buat lo deh Am!
Abis itu mulailah gw sering pinjem itu kaset dari dia buat gw dengerin di walkman gw. Tukeran sama kaset Dewa 19 album Bintang Lima punya gw. Dulu mah masih jamannya walkman. Jaman itu orang punya walkman udah bahagia banget hidupnya. Bahkan dulu gw ama Buam susah banget lepas dari walkman. Saking getolnya kita dengerin walkman, dulu pas kelas 6  kita bertiga (satu lagi temen gw namanya Dhanu) nekat dengerin walkman di kelas pas pelajarannya Bu Anas. >_<
Duh, malah nostalgia. Balik ke niat awal pembahasan deh, pas makan malem. Nah, pas makan malem itu gw jadi kepikiran soal ini lagu. Akhirnya abis itu gw meniatkan diri untuk mencari arti dari lirik lagu itu. Dan hasilnya??? Gw tersentuh. Karena ternyata liriknya dalem juga. Ini nih lirik lagunya yang terjemahan bahasa Indonesia.

Wo Nan Guo (Aku Sangat Sedih)
by 5566


----**----
nà yī nián mòmòwúyán zhǐnéng xuǎnzé líkāi
That year filled with silence, only choose to leave
Tahun itu penuh dengan kesunyian, hanya memilih untuk pergi

wúxié de xiàoróng yǐjing bùzài jīngcǎi
The innocent smile is no longer exciting
Senyum yang polos itu tidak lagi menarik

nǐ hàipà jiéjú suǒyǐ pīnmìng shānghài
You’re afraid of the ending so tried to hurt
Kamu takut akan hasil akhir, sehingga mencoba menyakiti

shuōshì wǒ dǎngzhù nǐ de měihǎo wèilái
Said I’m blocking your wonderfull future
Bilang aku menghalangi masa depanmu yang indah


nǐ jiānjué bù xīwàng wǒ děngdài
You insist, don’t want me to wait
Kamu bersikeras, tidak mau aku menunggu

wǒ biàn mòmò de ràng nǐ zǒukāi
I silently let you go away
Aku diam-diam membiarkanmu pergi

rújīn nǐ shòu le shāng huílai
Now, you come back after got hurt
Kini kamu kembali setelah terluka

jiào wǒ rúhé jiēshòu zhè ānpái
How am I supposed to accept this arrangements
Bagaimana seharusnya aku menerima hal ini
------------

-----R
eff-----

wǒ nánguò de shì fàngqì nǐ fàngqì ài
I’m sad that I let go of you, let go of love
Aku sedih bahwa aku melepaskanmu, melepaskan cinta, 

fàngqì de mèng bèi dǎsuì rěnzhù bēi'āi
Let go of dream of being chrused and hold back the sorrow
Melepaskan mimpi menjadi hancur dan menahan kesedihan

wǒ yǐwéi shì chéngquán
I thought it was fulfilled
saya pikir itu telah terpenuhi

nǐ què shuō nǐ gèng bù yúkuài
But you said you more unhappy
Tapi kau bilang kau lebih tidak bahagia


wǒ nánguò de shì wàngle nǐ wàngle ài
I’m sad that I forgot you, forgot love
Aku sedih bahwa aku melupakanmu, melupakan cinta,

jìn quánlì wàngjì wǒmen zhēnxīn xiāng'ài
Gave my effort in forgetting our true love
Melakukan segala upaya untuk melupakan cinta sejati kita

yě wàngle gàosu nǐ shīqù de bùnéng chónglái
Also forgot to tell you, that the past can’t come back
Juga lupa memberitahumu, yang sudah hilang tak dapat kembali
--------------

Repeat **
Repeat Reff
Repeat Reff
Repeat Reff


liriknya diambil dari sini

Jumat, 27 Februari 2015

Inilah Kami

Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh…

Rasanya lama sudah saya tak berbagi kesenangan dengan kawan semua (padahal baru perdana di blog ini :D). Kali ini saya mau sedikit bercerita tentang hobi saya dan teman-teman satu komunitas yang bernaung di bawah emblem BisMania Community, biasa disingkat BMC. Yuuk disimak…

BMC itu apa sih? Kerjaannya ngapain aja sih?
Itu pertanyaan yang sering dilontarkan oleh orang awam yang baru mengerti kebiasaan kami ala anak-anak BMC. Kepanjangan BMC udah dibahas di atas tuh! Nah, BMC ini adalah semacam perkumpulan orang-orang yang seneng dan tertarik pada dunia per-bis-an. Mulai dari sasis, mesin, bodi hingga livery (itu lho gambar yang ada di bodi bis). Pokoknya semua tentang kita, eh tentang bis maksudnya. Hehehe..

Terus kerjaannya ngapain? Ya kerjaannya apalagi selain jalan-jalan naik bis. Bahasa kami (duh berasa ada di dunia yang berbeda) sih “touring”. Kawan-kawan sekalian tampaknya udah ga asing lagi dengan kosakata touring, traveling, dan hunting. Nah, kita di BMC kurang lebih ngelakuin 3 hal itu tadi.

Trus apa sih tujuan dari touring itu sendiri buat para punggawa BMC?
Touring itu sendiri banyak tujuan dan alasannya yang mungkin takkan bisa dijabarkan semuanya (ceileeeh). Meskipun namanya touring, bukan berarti naik bis jalan ke suatu tujuan terus turun lagi. Kalo ada yang berpikiran seperti itu, wah mohon maaf lahir batin nih, hidup kami ga sesimpel itu. Biar ga pada penasaran nih ane kasih beberapa alasan yang masih masuk akal (menurut ane). Cekidot:
  •  Lagi bosen
  • Nyobain mesin keluaran terbaru (ane banget nih)
  • Nyobain sensasi naik bis dengan bodi keluaran terbaru
  • Nyobain pelayanan dari PO yang ane naikin
  •  Cari PO yang belum pernah dinaikin
  •  Pengen ngunjungin kota yang belum pernah didatengin
  •  Pengen nyoba kuliner di kota yang jadi tujuan akhir bis
  • Lagi pengen ngeliat “bioskop selap-selip” dari dalem kabin bis
  • Mau ngikut sopir tertentu yang udah kenal atau banyak direkomendasikan
  • Mumpung masih muda en single, masih bebas buat jalan-jalan XD
  • Dan yang paling penting agar semua alasan itu bisa terwujud adalah karena lagi kelebihan duit

Nah, dalam touring itu biasanya kita ngapain aja sih? Kan bete cuma duduk-duduk aja di seat penumpang selama berjam-jam. Kalo dipikir-pikir sih emang bete, nah makanya jangan Cuma dipikir tapi dicoba biar tau rasanya. Setiap orang tuh punya caranya sendiri buat menikmati touring/perjalanan. Banyak cara dari spesies kita (BMC) agar perjalanan tetap enjoy dan ga ngebosenin. Antara lain:

Bobo Mania.
Kalo ini biasanya dilakuin sama mereka yang touring karena alasan pengen menikmati seat dan kenyamanan armada yang dinaikin tersebut. Karena tiap armada punya pelayanan dan kenyaman yang berbeda. Ga peduli deh tuh mau gimana larinya itu bis, pelan atau kenceng ga masalah. Yang penting bisa Zzzzz…Zzzzz..

Cameramen Mania
Kalo ini biasanya dilakuin sama mereka yang punya keinginan untuk menyaksikan perlombaan antar bis dan enggan melewatkan kenangan selama touring berlangsung. Mereka biasanya selalu shooting segala momen touring. Mulai dari pemberangkatan, balapan, hingga tiba di tempat tujuan.

Partner Supir Mania
Kalo ini sih lebih dari setengah spesies BMC (yang terdaftar) ngelakuin hal ini kalo lagi touring. Apalagi kalo udah kenal/akrab sama kru en supir, wah udah males duduk sesuai nomor tempat duduk yang tertera di tiket. Malah biasanya dia yang gantiin peran kernet di perjalanan. Spesies macam ini selalu bawa bekal/jajanan buat kru en supir gan!

Insommania
Nah, kalo spesies tipe ini adalah jenis yang suka begadang semaleman demi bisa menyaksikan “Opera Van Tura” atau Jalur Selatan atau jalur lainnya terserah deh. Yang penting tetep mantengin setiap goyangan armada yang lagi dia naikin. Momen yang selalu ditunggu oleh spesies ini adalah kala supir pake teknik “Jilat Sapi” atau “Buka Jalur”.

Kompor Mania
Yang tipe ini nih yang sempet tenar beberapa waktu lalu. Tipe ini biasanya duduk di kursi deretan depan dan da betah liat bokong bis yang ada di depan mereka terus ngomporin supir supaya lari lebih kenceng lagi demi bisa nyalip bis-bis yang ada di depannya. Biasanya ngasih sedikit saweran buat tambah uang solar atau rokok atau jajanan atas terpuaskannya hasrat mereka. Ih waw!

Silent Passenger
Biasanya mahluk macam ini doyan touring sendirian dan cuma duduk anteng di kursinya aja guna menikmati perjalanan dengan santai. Kadang mereka bermetamorfosa jadi Insommania atau Bobo Mania.

Heboh Mania
Spesies yang touring macem gini biasanya adalah mereka yang touring bawa komplotan buat menikmati perjalanan. Selama perjalanan mereka bakal ngomongin semua hal tentang bis, baik yang menyangkut perjalanan mereka atau di luar itu. Mereka baru akan berhenti saat mulutnya berbusa atau stok cemilan abis..

QT (Quality Time)
Nah kalo spesies yang termasuk dalam golongan ini biasanya mereka yang udah ga jomblo lagi. Jadi touringnya sama pasangannya. Sepanjang perjalanan itulah mereka menikmatinya dengan penuh romantika yang begitu menggila.

Memang pada dasarnya dengan keseringan touring tabungan menjadi korban tidak bersalah, namun di balik itu ada kepuasan yang dirasakan pasca menjalaninya. Kita jadi bisa banyak menambah pengalaman hidup dan pengetahuan mengenai kota-kota yang baru dikunjungi. Entah budaya, tempat wisata, kulinernya dan yang lainnya. Pokoknya ada alasan untuk ga menyesal di kemudian hari.
Yaaa kurang begitulah cara kami menikmaati hidup. Mungkin bisa dibilang hobi ini aneh, gila, tidak wajar, dan tidak bermanfaat. Tapi cuma ini yang bisa kami lakukan guna menjauhkan diri dari balapan liar, narkoba, sex bebas, miras dan perbuatan negative lainnya.

Tetap dukung transportasi Indonesia! Ayo naik bis!

Salam bismania. Sejatinipun Seduluran…